3 Kesenian Daerah Banjar yang Kian Redup Karena Zaman

Lamut, Madihin, dan musik tradisional Kintung ialah tiga kesenian daerah Banjar yang kian redup oleh zaman yang kian modern.

Kesenian daerah yang berkembang di kehidupan masyarakat selain sebagai penghibur juga menjadi sarana dakwah agama pada zamannya.

Seperti Wali Songo yang aktif menyebarkan agama melalui kesenian, Raja Banjar Sultan Suriansyah juga cara yang sama sebagai dakwah.

Di Banjar, Kalimantan Selatan, ada kesenian daerah yang menjadi sarana dakwah dan hiburan ipunya kesamaan dengan daerah Jawa.

Untuk informasi lebih lengkapnya, simak tiga kesenian daerah Banjar yang berperan sebagai perantara dakwah, hiburan, dan media komunikasi berikut ini.

Lamut

Jika di Pulau Jawa ada pertunjukan wayang dengan cerita tentang kerajaan hingga ajaran agama, maka di Banjar ada lamut.

Namun, lamut sendiri berasal dari nama seorang tokoh dalam ceritanya, yaitu Paman Lamut.

Lamut, selaian sebagai hiburan malam untuk melepas Lelah, juga sebagai media komunikasi antara pemerintah dan masyarakat.

Karena sebagai sarana hiburan, cerita dalam lamut mengandung unsur komedi yang mengundang gelak tawa penontonnya.

Pertunjukannya seperti pada penampilan wayang kulit di Jawa, panggung berukuran 2 x 1 x 1 meter ialah pentas utamnya yang disebut dengan cacampan.

Cerita yang berakhir hingga bergantinya hari ini umumnya berlangsung dari tengah malam. Durasi ceritanya antara tiga sampai lima jam.

Pertunjukan lamut pun tidak hanya sebagai pertunjukan semata.

Pada acara-acara seperti pernikahan, khitanan, hari besar, hingga hajat tertentu, pertunjukan kesenian daerah Banjar satu ini lengkap dengan hidangan tertentu.

Piduduk, kemeyan dan pembakar, dan minuman dengan beraneka rasa ialah kelengkapan acara pertunjukan lamut. Ini merupakan perantara yang tidak lepas dari komunikasi dengan roh-roh yang hadir.

Terlebih, kesenian daerah satu ini memang punya pengaruh kuat dari agama Hindu.

Baca Juga: Piduduk Adat Banjar: Isi dan Makna

Madihin kesenian daerah Banjar yang khas

Kesenian daerah Banjar berikutnya yang sangat khas adalah sastra lisan bersyair.

Salah satu kesenian yang mengasah keterampilan berbahasa dan sastra ini pun menjadi hiburan masyarakat Banjar yang penuh jenaka.

Pasalnya, saling singgung atau balasan antar pamadihinan (pemeran) bisa menggelitik para penontonnya.

Selain sebagai pertunjukan seni yang menghibur, madihin yang berasa dari kata mada, yakni sejenis puisi lama Indonesia ini juga berisi nasihat-nasihat.

Pada acara pengantin, madihin berisi sebuah kehidupan berkeluarga dan agama.

Dibawakan dengan bahasa khas Banjar, madihin berisi syair-syair yang akhirannya berisikan bunyi yang sama dan mudah dimengerti.

Contoh syair madihin sebagai kesenian daerah Banjar yang kami sadur dari laman Lirik Lagu Melayu Baru ada di bawah ini.

Salamat bertemu salamat barjumpa
Ulun ucapkan kepada ibu bapa
Para penggemar dimana saja berada
Baik nang di kota
Atau nang di desa

Ulun datang hanya liwat udara
Untuk mengajak ibu lawan bapa
Untuk mengibur sarta bergembira
Madihin Kocak bersama John Tralala

Sabalum ulun handak manarusakan
Madihin Kocak nang ulun bawa’akan
Mambawa kasanian Kalimantan Selatan
Supaya terhibur kita barataan

Disini ulun batitip pasan
Lawan panggamar katuju mandangarakan
Lamun tatawa jangan banyanyaringan
Karna di rumah orang sakit bagaringan

Manurut dokter ilmu kasihatan
Tatawa itu memang dianjurakan
Tapi jangan sampai tatawa katarusan
Kaina salah paham dikira lupa ingatan

Kali ini ulun handak mambawa
Madihin Kocak nang ulun bari nama
Mudahan pang pian tahibur barsama

Sebuah kisah dua anak manusia
Nang sadang asik ini dimabuk cinta
Mimang cinta mulai dahulu sudah ada
Kapada makhluk nang sadang banyawa

Sejak jaman adam lawan siti hawa
Kita sakarang sebagai pawarisnya

Sabalum ulun mambawa kisah ini
Muhon maap ulun sakali lagi
Lawan ibu bapa saudara saudari
kalau kisah ini kurang berkenan di hati

Baca Juga: Tradisi Tepung Tawar Melayu: Tujuan, Bahan, dan Prosesi

Musik Kintung

Salah satu musik yang juga bagian dari kesenian daerah Banjar ialah musik kintung.

Secara bentuk, alat musik ini seperti salah satu musik khas daerah Jawa Barat, angklung.

Berasal dari daerah Kabupaten Banjar, yaitu di desa Sungai Alat, Astambul dan Bincau, Martapura, kintung ialah musik perkusi yang dianggap punya kekuatan magis.

Karenanya, pada zaman dulu, alat musik ini sering diperlombakan untuk mendapatkan kintung dengan suara terbaik dan juga mencari kekuatan magis terbaik.

Terbuat dari bambu pilihan, rautan pada bagian atas sangat menentukan hasil suara. Semakin ke atas rautannya, maka semakin mengecil pegangannya dan tinggi nadanya.

Dengan cara dihentakkan pada sebuah potongan kayu yang bundar, maka kintung dapat mengeluarkan suara khasnya.

Alat musik Kintung ini berjumlah 7 buah dan masing-masing mempunyai nama, yaitu:

  1. Hintalu randah
  2. hintalu tinggi,
  3. tinti pajak
  4. tinti gorok
  5. pindua randah
  6. pindua tinggi, dan 
  7. gorok tuha.

Itulah tiga contoh kesenian daerah Banjar yang kini mulai tenggelam karena perkembangan zaman.

Jika Anda sedang mencari informasi lebih tentang kebudayaan dan ciri khas Melayu, kami telah merangkumnya untuk Anda di website ini, ya.

Ayo simak artikel lainnya!

Baca Juga: Tradisi Saprahan di Kalimantan Barat dan 5 Faktanya

Sumber Gambar Unggulan: Indo Borneo Natural

Referensi:

Adha Susanto
Adha Susanto

Dengan menulis belajar bahwa tidak ada seorang yang sempurna

Articles: 27