Tradisi Tepung Tawar Melayu: Tujuan, Bahan, dan Prosesi

Estimated reading time: 6 minutes

Dengan tujuan untuk memohon keselamatan dan keberkahan, tepuk tepung tawar masih terus dilakukan sebagai tradisi masyarakat Melayu.

Tepuk tepung tawar memang erat dalam kehidupan masyarakat Melayu seperti di Riau, Kalimantan Selatan, dan Jambi.

Sebagai tradisi yang berkembang di kehidupan masyarakat Melayu, kegiatan ini pun tidak lepas dari nuansa ajaran Islam.

Terlebih, dalam serangkaian pelaksanaan prosesi banyak menyimbolkan makna dalam menjalani kehidupan bagi yang ditepung tawari.

Yuk, simak makna dan tujuan dalam serangkaian tradisi tepuk tepung tawar melayu!

Baca Juga: Tradisi Baayun Maulid Masyarakat Banjar

Tradisi tepuk tepung tawar melayu

Tradisi yang hanya ada pada kehidupan masyarakat Melayu ini merupakan sebuah upacara adat budaya peninggalan raja-raja terdahulu.

Pelaksanaan tradisi ini sebagai bentuk ungkapan rasa syukur karena terhadap nikmat rezeki, nikmat sehat, dan nikmat lainnya yang diberikan oleh Allah Swt.

Sebagai rasa ungkapan syukur, tradisi ini masih ada hingga sekarang.

Namun telah mengalami perubahan pada sebagian ritualnya.

Berubahnya sebagai ritual tentu saja membuat perubahan pada makna tradisi yang bersangkutan. Hal ini tentunya ada kolerasi terhadap perubahan dari individu pendukung adat dan budaya itu sendiri, demikian menurut situs Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Baca Juga: Istana Kuning Kerajaan Kotawaringin

Tujuan dan waktu dilakukan tradisi tepuk tepung tawar melayu

Tidak bisa terpisahkan dari ajaran agama Islam, masyarakat Melayu menggelar upacara adat satu ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Swt.

Karena dilakukan dalam berbagai bentuk acara, tradisi tepuk tepung tawar melayu berlangsung untuk memohon keselamatan dan keberkahan. Menawar segala yang berbisa, menolak segala yang menggila, mendinginkan segala yang menggoda, dan menepis segala yang berbahaya.

Sebagai kegiatan untuk memohon keberkahan dan keselamatan dari Allah Swt. Masyarakat Melayu rutin menggelar upacara adat budaya untuk berbagai hal. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. tradisi pernikahan,
  2. khitanan,
  3. pengangkatan jabatan,
  4. ungkapan rasa syukur atas rezeki atau terkabulnya permintaan.

Baca Juga: Piduduk Adat Banjar: Isi dan Makna

Alat dan bahan upacara tepuk tepung tawar

Kental sebagai warisan upacara adat budaya peninggalan raja-raja dahulu yang Islami. Alat dan bahan serta serangkaian prosesi juga melambangkan sebuah filosofi keagamaan.

Air dan beras menjadi bahan utama dalam prosesi adat budaya masyarakat Melayu satu ini.

Pada ritual upacara adat tepuk tepung tawar, alat dan bahan terdiri dari bahan tabur, perenjis, dan air renjis.

Bahan tabur

Upacara adat kental akan pengungkapan rasa syukur kepada Allah Swt karena telah diberikan berbagai nikmat. Kenikmatan rezeki melalui hasil bumi pun termanfaatkan sebagai bahan tabur pada upacara adat.

Beras dan padi menjadi bahan dasar dalam prosesi upacara adat budaya melayu.

Bahan tabur tidak tersedia secara instan. Butuh proses lebih lanjut untuk mendapatkan bahan yang menjadi sebuah lambang sarat akan makna dalam kehidupan dan ajaran agama Islam.

Beras kunyit

Untuk mendapatkan bahan pertama ini perlu keuletan dari pihak penyelenggara acara.

Beras kunyit bukan jenis beras yang tersedia di pasar. Butuh pemrosesan secara mandiri untuk mendapatkan beras kunyit.

Langkah pertama untuk mendapatkan beras kunyit adalah membuatnya halus. Setelah beras halus, langkah keduanya melakukan perendaman pada air kunyit. Proses perendaman harus maksimal untuk mendapatkan beras dengan warna kuning keemasan.

Dengan beras kunyit yang berwarna kuning keemasan, maka pelambangan raja, kebesaran, keagungan dan identitas kebesaran melayu sudah terwakilkan.

Beras basuh

Jenis bahan selanjutnya yang harus ada dalam bahan tabur adalah beras basuh.

Beras basuh tidak mengalami proses yang panjang seperti saat menyiapkan beras kunyit.

Ini seperti namanya, basuh yang menurut bahasa berarti dicuci. Jadi, beras basuh ialah beras biasa yang sudah direndam dan atau dicuci air bersih.

Putihnya beras basuh sebagai bahan tabur dalam tradisi tepuk tepung tawar melayu melambangkan kesucian dan kebersihan. Serta memiliki makna segala sesuatu harus mendapatkan tuah.

Beretih

Jika dua bahan sebelumnya sudah dalam berbentuk beras. Beretih adalah bahan mentah dari beras atau masih dalam bentuk padi.

Untuk menjadi beretih, padi masuk dalam proses penyangraian.

Hasil dari proses penyangraian akan membuat padi menjadi berwarna cokelat. Maka beretih adalah bahan yang melambangkan perkembangan, kemekaran dan kesuburan yang mendatangkan kemakmuran.

Baca Juga: Badudus Adat Banjar: Perlengkapan Mandi & Makna Simbolik

Bahan renjis

Satu bahan selanjutnya yang penting dalam upacara ada budaya tepuk tepung tawar melayu yang sakral adalah air renjis.

Air renjis adalah air bunga mawar dan air limau yang bercampur bedak sejuk. Bedak sejuk merupakan bahan yang terbuat dari beras halus yang bercampur air pandan.

Percikan air renjis dimaknakan untuk menyucikan hati dan juga membersihkan jiwa. Sedangkan bedak limau sebagai pencuci hati, mencuci dengki dengan iri, mencuci dengki dengan khianat.

Alat dan Bahan Tradisi Tepung Tawar Melayu | Jalur Rempah Kemdikbud

Bahan perenjis

Dalam tradisi tepuk tepung tawar melayu, air renjis dipercikkan pada beberapa bagian tubuh meggunakan alat yang disebut perenjis.

Perenjis adalah alat pemercik yang terbuat dari daun setawar, daun sedingin, daun ati-ati, daun ganda rusa, dan daun juang-juang.

Daun renjis merujuk pada konsep mata agin, bilangan biner, dan empat malaikat dalam ajaran Islam, yaitu Jibril, Mikail, Isrofil, dan Izroil.

Berbagai macam daun bergabung dengan cara diikat menggunakan akar ribu atau benang dari tujuh warna. Ketujuh warna benang adalah merah, putih, hitam, kuning, dan hijau.

Selain itu, bisa pula menggunakan daun pandan wangi sepanjang 5–10 cm yang ujungnya terikat dan salah satu ujungya dibuat terbelah-terbelah.

Baca Juga: Acara Tasmiyah Banjar: Susunan Acara dan Perlengkapan

Prosesi tepung tawar melayu

Tidak semua orang bisa melangsungkan prosesi tepung tawar melayu sebagai penepung tawar.

Dalam tradisi masyarakat Melayu orang yang boleh sebagai penepung tawar ialah keluarga, saudara, ahli agama, dan para tetua adat. 

Jika perwakilan dari orang-orang yang telah tersebutkan di atas tidak memahami alur prosesi. Maka Mak Andam akan memandu proses ritual secara runtut.

Berdasar alur prosesinya, tepuk tepung tawar melayu berlangsung dengan tahapan berikut.

Menaburkan sejemput beras

Sejemput beras kunyit, beras putih, dan bertih ditaburkan oleh penepung tawar melewati atas kepala, ke bahu kanan dan bahu kiri yang ditepung tawar.

Selama proses penaburan beras kepada yang ditepung tawar, salawat nabi sebanyak satu kali menjadi pengiringnya.

Tidak hanya berhenti pada penaburan beras. Prosesi pertama masih berlanjut dengan merenjiskan air kepada seseorang yang ditepung tawar.

Menurut kepercayaan masyarakat Melayu, prosesi perenjisan memiliki sebuah filosofi yang berkaitan dengan ajaran agama.

Penepung tawar merenjiskan air perenjis kepada yang ditepung tawar bermula dari atas dahi, bahu kanan dan telapak tangan kiri. Kemudian, ke telapak tangan kanan lalu bahu kiri.

Perenjisan air tepung tawar ke kening termaknakan untuk berpikir sebelum bertindak, dan gunakan akal sehat saat melakukan berbagai hal.

Perenjisan ke bahu kanan dan kiri menyampaikan makna kesiapan terhadap beban dan tanggung jawab.

Sedangkan perenjisan ke punggung tangan dan kiri menyampaikan pesan untuk tidak putus asa dalam mencari rezeki, selalu dan terus berusaha dalam menjalani kehidupan.

Menginai telapak tangan bermakna bahwa hidup sudah berumah tangga dan tidak lagi sendiri.

Keberjalanan alur prosesi perenjisan air dalam tradisi tepuk tepung tawar melayu juga memiliki sebuah filosofi.

Perenjisan yang bermula dari atas dahi, bahu kanan dan telapak tangan kiri. Kemudian, ke telapak tangan kanan lalu bahu kiri membentuk huruf lam alif.

Huruf lam alif menyampaikan makna bahwa Allah Maha Berkehendak.

Jumlah perenjisan ke beberapa bagian tubuh adalah ganjil, misalnya tiga, lima, dan tujuh.

Menurut kepercayaan masyarakat Melayu, jumlah perenjisan ganjil melambangkan tanda keseimbangan.

Pembacaan doa selamat

Tahap yang tidak boleh terlewat untuk dilakukan dalam tradisi budaya tepuk tepung tawar melayu adalah doa.

Pemuka agama setempat memimpin pelaksanaan doa untuk meminta keberkahan dan keselamatan kepada Allah Swt. Dengan selesainya pembacaan doa oleh pemuka agama setempat, selesai pula lah acara tepung tawar.

Itulah tujuan, makna, dan serangkaian prosesi tradisi tepuk tepung tawar melayu dalam berbagai kegiatan.

Baca Juga:

Sumber Gambar Unggulan: Jalur Rempah Kemdikbud

Adha Susanto
Adha Susanto

Dengan menulis belajar bahwa tidak ada seorang yang sempurna

Articles: 21